Moeslimchoice | Tak hanya terkenal dengan wisata pantainya yang menawan, Kepulauan Pangkal Pinang, Bangka Belitung juga memiliki berbagai cagar budaya Islam yang dapat dikunjungi dan berusia hampir satu abad. Salah satunya Masjid Jami Pangkal Pinang.
Masjid yang dibangun pada tahun 1932 ini merupakan masjid tertua sekaligus terbesar di Kota Pangkalpinang yang mampu menampung 2.500 jamaah.
Terkait hal tersebut, Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman berkomitmen menjadikan kepulauan Bangka Belitung sebagai ‘role model’ wisata halal.
“Insya Allah kami menuju kesitu. Karena, Bangka Belitung ini adalah negeri yang sangat harmoni dan harmonisasi umat beragamanya sangat baik,” tutur Erzaldi beberapa waktu yang lalu.
Menjadikan dua kepulauan dengan heterogenitas masyarakat yang tinggi diakui menjadi tantangan tersendiri. Sebab, Pemerintah Provinsi juga harus mengakomodasi wisata non halal untuk kaum non muslim.
“Bukan berarti kami mendorong halal food, tapi tidak ada destinasi yang tidak halal. Maka harus kita perjelas betul,” pungkasnya.
“Karena banyak yang berkeinginan demikian, misalnya, turis di luar Islam, maka kita menyiapkan tempat makanan selain di luar Islam. Yang penting, apa yang disajikan tidak halal ini harus terpisah dan lokasinya dipisahkan,” dia menegaskan.
Lebih lanjut Erzaldi menyampaikan, dalam menjadikan Babel sebagai role model wisata halal, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Pertama, memperkuat lembaga pemeriksa halal (LPH) dengan menggandeng LPPOM MUI dan BPJPH.
“Kami harus bekerja keras dan cepat, sehingga apa yang diinginkan pelaku wisata, termasuk melayani wisatawan lebih cepat pelayanannya,” tukasnya.
Kedua, Pemprov Babel akan memperkuat komunitas masyarakat agar ekonomi halal di kedepankan. Dengan banyaknya komunitas ekonomi halal dan lembaga diperkuat, maka dia yakin akan mengalami percepatan dalam menggarap sektor halal.
“Tentunya, MUI merupakan Mitra yang sangat kuat bersama LPPOM dan Komunitas Masyarakat Ekonomi Syariah. Ini adalah dua lembaga yang harus kita kedepankan dan bersinergi dengan pemerintah daerah,” imbuhnya.
Sebetulnya, menurut dia, masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan apa yang menjadi tagline halal. Dengan menyediakan wisata halal, bukan berarti membatasi untuk memberikan fasilitas non halal bagi non muslim.
Terpenting, menyediakan kenyamanan dan jelas keberadaannya. Sebab, halal meliputi kesehatan dan barakah dari apa yang dimakan.
“Sehingga kalau mereka yakin itu halal, maka kebaikanlah bagi mereka untuk mendapatkan fasilitas halal ini,” terangnya. [nry]