Pendidikan SELASA, 28 JUNI 2022 | 10:45 WIB
Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghofur/Foto:Kemenag
Saat ini, para santri dari Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS) mulai unjuk gigi dalam akses pendidikan tinggi. Mereka tidak hanya melanjutkan perkuliahan di Ma'had 'Aly (Pendidikan Tinggi di pesantren), namun telah meluas dan bahkan banyak yang diterima di perguruan tinggi negeri.
"Bahkan, pilihan program studi dan jurusannya juga tidak hanya keagamaan, tapi juga teknik dan bidang umum lainnya," kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghofur di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Menurutnya, sejak hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diumumkan pada pekan lalu, data lulusan PKPPS jenjang Ulya diterima di perguruan tinggi negeri terus bertambah.
Bahkan, sebelumnya juga banyak lulusan PKPPS yang diterima kuliah melalui jalur prestasi dan beasiswa di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, dalam maupun luar negeri.
"SBMPTN melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer merupakan media untuk mengukur kemampuan lulusan PKPPS dalam bersaing di pintu masuk perguruan tinggi negeri, berdasarkan ujian tertulis," ujarnya.
PKPPS, kata Waryono, mempunyai misi mempersiapkan santri menjadi ulama atau mubaligh (penyampai agama) yang intelek di masyarakat. Selain mempertahankan kitab kuning dan metode pengkajiannya secara tradisional dalam wadah Pondok Pesantren Salafiyah (PPS), PKPPS juga membekali santri dengan ilmu pengetahuan umum yang memadai.
"Terobosan yang dilakukan oleh PKPPS adalah menerapkan pembelajaran yang variatif, inovatif, dan kontekstual, sehingga capaian pembelajaran dapat dicapai walaupun diterapkan jadwal yang ketat untuk memenuhi standar ilmu keagamaan Islamnya," tuturnya.
"Kami berharap, lulusan PKPPS juga dapat menjadi ahli hukum, ahli ekonomi, insinyur, desainer, guru, dokter, perawat, teknisi, dan sebagainya. Mereka juga ahli dakwah, sumber rujukan ilmu agama Islam yang dibutuhkan masyarakat sekitarnya," tambahnya.
Kasubdit Pendidikan Kesetaraan, Rahmawati menambahkan, data yang sudah terkumpul di Direktorat PD Pontren, para santri yang lulus kuliah di perguruan tinggi berasal dari PKPPS Minhajushobirin dan Minhajurosyidin dari DKI Jakarta, Sya'airullah (Jawa Barat), Mansyaul Ulum (Kalimantan Barat), Raudhatul Ilmi (Sulawesi Tengah), Al Wafa (Kalimantan Tengah), Raudhatul Ulum (Sumatera Utara), Al Muflihun (Jawa Timur).
"Saat ini kami masih melakukan pendataan untuk mengetahui berapa santri yang lulus kuliah," jelasnya.
Menurut Rahmawati, sejumlah perguruan tinggi negeri yang menjadi tempat kuliah lulusan PKPPS Ulya, baik melalui SNMPTN, SPAN-PTKIN, maupun SBMPTN, antara lain: Politeknik Negeri Jakarta (PNJ UI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), UNESA Surabaya, Universitas Negeri Malang, Institut Teknologi Sumatera, Poltekes Kementerian Kesehatan, UIN Syarif HIdayatullah, UIN Arraniry, UIN Raden Intan, UIN Raden Mas Said, UIN Sultan Syarif Qasim, UIN Sultan Thoha, UIN Raden Fatah, UIN Pontianak, UIN Datokarama, UIN Sultan Aji Muhammad, IAIN Palangkaraya, IAIN Padangsidimpuan, dan UIN Sumatera Utara.
"Bahkan, sebagian santri tersebut mendapatkan beasiswa untuk menempuh studi sampai lulus," ujarnya.
"Ada juga lulusan PKPPS Ulya yang diterima di Telkom University, dan sejumlah perguruan tinggi swasta unggulan lainnya," tambahnya lagi.
Prestasi ini, kata Rahmawati, menunjukkan adanya peningkatan kualitas para santri lulusan PKPPS Ulya. Dan, hal itu diraih dengan tetap mempertahkan nilai-nilai tradisi PKPPS sebagai unsur dari Pondok Pesantren Salafiyah.
"Kami terus berupaya meningkatan keterserapan lulusan PKPPS Ulya di perguruan tinggi unggulan," tegasnya. [mt]
09 Agu, 2022 | 12:20
07 Agu, 2022 | 20:30
06 Agu, 2022 | 19:30
05 Agu, 2022 | 21:15
05 Agu, 2022 | 14:30
05 Agu, 2022 | 12:50