Ke Cak Nun, Gus Abbas: Munafik, Memberi Julukan untuk Orang yang Dibenci

- Selasa, 24 Januari 2023 | 21:47 WIB
KH Muhammad Abbas Billy Buntet Cirebon
KH Muhammad Abbas Billy Buntet Cirebon

MoeslimChoice.Polemik pernyataan kontroversial budayawan Cak Nun masih terus berlanjut. Kendati sudah meminta maaf, pemilik nama asli Emha Ainun Nadjib ini masih terus dihujani kritik dan tanggapan keras dari pihak-pihak yang kontra dengan ucapannya.

Terbaru, pendakwah KH Muhammad Abbas Billy Buntet Cirebon alias Gus Abbas turut menanggapi pernyataan sesumbar Cak Nun itu. Menurutnya, budayawan ini telah melakukan kesalahan fatal karena menyamakan Jokowi dengan Firaun.

"Sebab jika dilihat dari segi agama, perbedaannya sudah sangat jelas. Jokowi adalah Muslim, sedang Firaun adalah kafir. Menyamakan keduanya hanya akan menimbulkan asumsi negatif dan memprovokasi rakyat dalam hal berdemokrasi," tegas Gus Abbas.

Ia menambahkan, "Dilihat dari tataran agama, menganalogikan Jokowi dengan Firaun itu kesalahan fatal. Segi agama kan Jokowi muslim, firaun kafir. Itu melenceng. Itu bisa menimbulkan asumsi yang kurang bagus dan meracuni rakyat dalam hal berdemokrasi secara sehat."

"Kita boleh beda pendapat tapi tidak boleh menjelek-jelekkan, apalagi mohon maaf, memberi julukan yang tidak pantas. Itu sangat dilarang oleh agama," ujar Gus Abbas dikutip dari YouTube Saung Annadwah Channel, Selasa (24/1/2023).

Lebih lanjut, Gus Abbas menerangkan, jika seseorang memberikan julukan kepada orang yang dibenci termasuk golongan munafik.

"Kata Imam Jalaluddin Al Mahalli siapa yang memberi julukan kepada orang yang dibenci, itu termasuk orang yang di dalam hatinya ada titik kemunafikan," ucapnya.

"Saya tidak suka ada julukan ada cebong kadrun dan kampret, itu jangan. Allah saja memanggil kita dengan panggilan yang begitu baik dan indah, tapi kenapa kita memanggil sesama muslim dengan panggilan yang kurang baik. Itu jauh dari kebijaksanaan, dan jangan kalian tiru," imbuhnya.

Ia pun meminta kepada Cak Nun untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata.  

"Saya minta ke Cak Nun ajang maiyah jadi pembenahan moral dan akhlak. Jadi bagaimana? Cak Nun harus mengerti bagaimana tentang berakhlak, bagaimana tentang mengucap sesuatu, karena mohon maaf Cak Nun itu bukan ulama beliau budayawan," ujarnya.

"Boleh bicara masalah agama, boleh bicara akhlak tapi ingat jangan fatwa, karena itu urusan mufti urusannya ulama. Seumpama tidak tahu Al Quran, hadits lalu bicara Quran dan hadits lalu fatwa, yang ada itu yang timbul bukan dakwah tapi syaiton," kata dia.[ros]
   

Editor: Ida Royani

Terkini

X