MoeslimChoice. Pemerintah diminta meninjau ulang rencana impor beras sebanyak 500 ribu ton, sebagaimana yang disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan. Permintaan tersebut disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Saadiah Uluputty.
"Berhenti grasa grusu untuk membuka kran import beras. Jangan mengambil Langkah sepihak tanpa menimbang banyak aspek," kata anggota DPR RI, Saadiah Uluputty di Jakarta, seperti dikutip, Minggu (19/03/2023).
Anggota Fraksi PKS Daerah Pemilihan (Dapil) Provinsi Maluku ini, dengan tegas menolak keinginan suara pemerintah untuk impor beras saat memasuki panen raya.
"Impor beras mesti ditolak tegas. Panen raya akan memasuki bulan Maret April hingga Mei 2023. Rencana impor saat panen raya mencekik leher petani. Cukup ironi," tambah Saadiah.
Menurut Data Kementerian Pertanian dan BPS, stok beras Nasional sedang surplus 1,7 juta ton. Tahun ini ada survei cadangan beras yang juga dilakukan BPS, stok beras di akhir Juni 9,71 juta ton.
Saadiah menjelaskan, mengacu data Kerangka Sampling Area (KSA) BPS mencatat, produksi beras Januari-April 2023 sebesar 13,79 juta ton, naik 0,56 persen dibanding periode yang sama 2022. Produksi beras pada Mei sampai Desember 2023 pun diperkirakan cukup tinggi dengan mengacu tren produksi beras di tahun-tahun sebelumnya, misalnya 2022.
Baca Juga: Tentukan Awal Ramadan 1444 H, NU Gelar Rukyatul Hilal pada 22 Maret
Pada Mei 2022, produksi beras sebesar 2,38 juta ton, Juni 2,51 juta ton, Juli 2,71 juta ton, Agustus 2,35 juta ton, September 2,50 juta ton, Oktober 2,38 juta ton, November 1,88 juta ton dan Desember 1,11 juta ton.
"Panen Raya tahun 2023 hingga April menghasilkan produksi gabah atau beras yang tinggi sehingga Indonesia akan mengalami surplus. Maka tidak ada alasan import dilakukan," imbuhnya lagi.
Menurut Saadiah, jika ada upaya untuk melakukan analisis data untuk menggiring opini bahwa terjadi defisit beras.
"Tujuan penggiringan data defisit ini maksudnya jelas, biar niat pemerintah untuk impor semakin kencang," ungkap Saadiyah.
Saadiah meminta pemerintah berdiri bersama petani beras. Tidak membuat perkiraan dan asumsi – asumsi kondisi akhir 2023 yang mendorong impor. Itu melukai para petani.
"Berdirilah bersama petani. Petani kita sedang bekerja berdarah – darah untuk mendukung produksi beras di negara ini. Membuat opini import hanya akan melukai petani kita. Hentikan wacana import tersebut," tegasnya.***
Baca Juga: Elektabilitas PKS Terus Meningkat, Ternyata Ini Alasan Pemilihnya
Artikel Terkait
Lagi, Rektor Tersangka Korupsi, PKS: Perlu Pengawalan Keterbukaan di Dunia Kampus!