MoeslimChoice. Menteri Agama (Menag), H.Yaqut Cholil Qoumas meminta pelaksanaan program Realizing Education's Promise - Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR) Tahun Anggaran 2023 dijalankan dengan hati-hati dan profesional.
Pesan ini disampaikan Menag saat "Kick Off Proyek REP-MEQR 2023" yang dirangkai dengan rapat koordinasi Provincial Coordinating Unit (PCU) seluruh Indonesia di Surabaya, Jawa Timur.
"Saya tidak mau main-main dengan Madrasah. Ini bagian dari pertaruhan kita atas generasi yang akan datang dan menjadi tanggung jawab kita di Kementerian Agama," kata Menteri Agama (Menag), H Yaqut Cholil Qoumas, seperti dilansir darilaman kemenag, Rabu (25/1/2023).
Turut hadir mendampingi Menag, Dirjen Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani dan Ketua Project Management Unit REP-MEQR atau lebih familiar dengan Madrasah Reform, Abdul Rouf.
Kick Off Proyek REP-MEQR juga disaksikan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Akhmad Muzaki; Kakanwil Kemenag Jawa Timur, Husnul Maram; Stafsus Menag, Wibowo Prasetyo dan Abdul Rochman, serta Jubir Kemenag Anna Hasbi.
Acara juga dihadiri jajaran Direktur di lingkungan Ditjen Pendis, Ketua dan Sekretaris PCU 34 provinsi. Sementara Task Team Leader Bank Dunia Jakarta, Mr. Shinsaku Nomura, mengikuti Kick Off Proyek REP-MEQR secara daring.
Menurut Gus Men, panggilan akrabnya, ada hal yang perlu diperhatikan terkait dengan program digitalisasi Madrasah. Jangan sampai Madrasah yang ada di daerah, yang memang mayoritas berada di daerah dipaksa untuk digitalisasi atas Madrasahnya, namun basis kebutuhan digitalisasi seperti internet tidak ada.
"Jadi dikasih komputer dan laptop bagus-bagus dengan harapan bisa lebih cepat mengakses dunia di luar Madrasah ternyata gak ada signal. Jangankan bicara signal, ada juga daerah yang belum tersentuh listrik. Ini menjadi problem. Nah ini karakter yang menurut saya harus hati-hati memperlakukan Madrasah," tambah Menag.
Setiap Madrasah, lanjut Menag, memiliki karakter yang berbeda. Menag minta dana pinjaman Bank Dunia yang digunakan dalam program ini benar-benar menyentuh kebutuhan Madrasah. Dana ini harus dikelola dengan baik, dipertanggungjawabkan, karena harus dikembalikan.
"Jadi saya harap sebagaimana pesan Bu Menteri Keuangan saat di UIN Malang, diingatkan agar dana yang dikelola ini jangan diperlakukan dengan curang, jangan ada korupsi dan harus dikelola dengan profesional," kata Menag.
"Madrasah yang membutuhkan dana ini sangat banyak. Hati-hati, sekali lagi hati-hati. Sebab ini adalah dana yang harus dipertanggungjawabkan," pesan Menag.
Menag juga mengapresiasi program yang bergulir sejak 2020 ini, yang telah mengalami perkembangan luar biasa dan signifikan di tengah lajunya era digitalisasi. Namun, Menag juga mengingatkan bahwa tujuan utama Madrasah bukan sekedar layaknya tujuan sekolah lainnya. Madrasah memiliki nilai kekhasan, yakni karakter, dan ini menjadi tanggung jawab Kemenag.
"Kalau kita bicara lomba pintar-pintaran dengan sekolah lain, dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh Madrasah, terutama anggaran, logikanya kita kalah dan tidak akan mampu mengejar sekolah-sekolah di luar Kemenag. Tetapi faktanya Madrasah ternyata lebih unggul dibanding sekolah di luar Madrasah," tegas Menag.
"Ini kenapa? Karena karakter yang diutamakan dalam Madrasah sehingga membuat anak didik lebih kuat dan kreatif menghadapi persoalan-persoalan. Tolong karakter ini jangan sampai dipertaruhkan. Saya akan awasi perkembangan program ini day to day," tutup Menag.