4 Masalah Gizi ini Berisiko Anak Jadi Stunting, Waspadalah

- Sabtu, 28 Januari 2023 | 15:00 WIB
foto/net
foto/net

MoeslimChoice. Empat masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk sangat berpengaruh terhadap penurunan Prevalensi Stunting. Setelah empat masalah gizi tersebut teratasi, maka penurunan prevalensi stunting akan terjadi.

"Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya," kata Dirjen Kesehatan Masyarakat, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH di Jakarta,seperti dilansir dari laman kemkes, Jumat (27/1/2023).

Pencegahan stunting yang lebih tepat, harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan. Pada periode setelah lahir, yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian, dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Menurut Dirjen Endang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

"Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan, maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting," ungkapnya.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 % dibandingkan tahun 2021.

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira, mengatakan bahwa angka stunting tahun 2022 turun dari 24,4 % (tahun 2021) menjadi 21,6 %. Jadi turun sebesar 2,8 %. Untuk dapat mencapai target 14 % di tahun 2024, lanjut Liza, maka diperlukan penurunan secara rata rata 3,8 % per tahun.

Pelaksanaan SSGI dilaksanakan melibatkan berbagai stakeholder, mulai dari Setwapres, Bappenas, BPS, Kemendagri, Poltekkes Dinkes Provinsi dan Kabupaten Kota, serta para pakar dari berbagai universitas.

Selain stunting, dalam SSGI juga mengukur tiga status gizi lainnya, yakni balita wasting (penurunan berat badan), underweight (berat badan kurang), dan overweight (berat badan berlebih).

Meski angka stunting menurun, angka balita wasting dan underweight mengalami peningkatan. Yakni angka wasting naik 0.6 % dari 7,1 % pada 2021 menjadi 7,7 % pada 2022. Sementara underweight naik 0,1 % dari 17,0 pada 2021 dan 17,1 % pada 2022. Underweight adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal.

Kemudian pada kasus balita overweight terjadi penurunan 0,3 % dari 3,8 % tahun 2021 menjadi 3,5 % pada 2022.

Terkait angka stunting, jika dilihat lagi berdasarkan kelompok umur, ada dua kelompok umur yang sangat signifikan dan penting untuk dilakukan intervensi. Pertama saat kondisi sebelum kelahiran sebesar 18,5 % di tahun 2022. Kelompok kedua pada usia 6-11 bulan meningkat tajam 1,6 kali menjadi 22,4% di kelompok usia 12-23 bulan.

"Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan. Dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MP-ASI setelah masa ASI eksklusif," tambah Liza.

Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

Halaman:

Editor: Melati

Terkini

X