MoeslimChoice.Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) menargetkan, mulai Mei 2023, reklamasi seluas 12,11 hektare di Pulau Lae-lale, sebagai lahan pengganti di kawasan Center Point of Indonesia (CPI) Makassar, yang pengerjaannya dimulai Mei dan rampung pada Agustus 2023.
.Demikian dikatakan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Sulsel Andi Yurnita, Selasa (24/1/2023).
Ia mengatakan, "Direncanakan mungkin sekitar bulan Mei mulai. Reklamasi dua setengah bulan."
Menurut Yurnita, proses perizinan reklamasi sudah selesai. Dokumen analisis dan dampak lingkungan (amdal) juga tengah diproses.
Ia merinci bahwa perizinan di Kementerian Kelautan sudah selesai. Saat ini proses amdal juga sudah hampir selesai, karena kita sudah pembahasan.
Reklamasi seluas 12,11 hektare dilakukan di sebelah timur Pulau Lae-lae. Dia menegaskan, reklamasi tidak berdampak pada wilayah permukiman.
Ia menegaskan, "Tapi bukan (Pulau) Lae-lae yang dihuni oleh masyarakat sekarang, tapi di sebelah timurnya, yang pantai putih sekarang diperluas pasir putihnya. Itu yang mau ditambah. Jadi tidak mempengaruhi kawasan permukiman yang ada sekarang, karena lokasinya berbeda."
Yurnita menjelaskan, reklamasi ini merupakan lanjutan kerja sama Pemprov Sulsel dengan pengembang, PT Yasmin Bumi Asri. Dari total 157 hektare lahan reklamasi yang direncanakan di kawasan CPI, pihak pengembang berkewajiban menyerahkan 50 hektare kepada Pemprov.
"Seharusnya kan dia serahkan 50 hektare, tapi kan ada tanah tumbuh 12 hektare yang terbit sertifikat atas nama Pemprov. Jadi dia tidak mungkin melakukan reklamasi di tempat tersebut. Jadi masih kurang kewajibannya, baru 38 hektare yang dia selesaikan," jelasnya.
Menurutnya, reklamasi lahan pengganti 12,11 hektare dilakukan di Pulau Lae-lae lantaran di kawasan CPI sudah tidak memungkinkan. Reklamasi di Pulau Lae-lae juga direncanakan setelah dilakukan revisi Peraturan Daerah (perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW).
"Kita sudah melakukan beberapa kali penelitian, beberapa alternatif, dan (Pulau) Lae-lae lah yang dipilih. Karena yang paling memungkinkan, paling prospek dari segi ekonomi, dan juga tidak mengganggu sosial masyarakat," ungkapnya.
Yurnita menambahkan, lahan reklamasi 12,11 hektare di kawasan Pulau Lae-lae rencananya nantinya akan dijadikan sebagai destinasi wisata maritim.
"Jadi kawasan pariwisata yang berbasis laut. Jadi di dalamnya ada restoran, tempat bakar ikan, ada juga di sekeliling pantainya itu ada olahraga pantai, banana booth. Tempat wisata baru yang berbasis maritim," katanya.[ros]