MoeslimChoice. Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas mengapresiasi keluarga besar Muhammadiyah, khususnya Nasyiatul Aisyiyah, atas dedikasinya kepada negara, terutama dalam menjaga keutuhan bangsa melalui pendidikan, perbaikan akhlak dan penanaman nilai-nilai keagamaan. Hal ini sebagaimana yang diwariskan oleh penggagas ide Nasyiatul Aisyiyah, Somodirdjo.
Apresiasi ini disampaikan Menteri Agama (Menag) saat mewakili Presiden Joko Widodo, pada pembukaan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIV yang digelar 2-4 Desember di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah mengusung tema 'Memajukan Perempuan Menguatkan Peradaban'.
"Sejatinya, ketiga elemen tersebut tidak hanya menjadi dasar untuk menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga dapat dijadikan dasar penguatan peradaban. Adapun pemrakarsanya, tidak hanya terbatas pada urusan gender," kata Menteri Agama (Menag), H Yaqut Cholil Qoumas, seperti dilansircdari kemenag.go.id, Sabtu (3/12/2022).
"Dengan kata lain, tidak hanya kaum laki-laki, yang berkewajiban dan mampu merealisasikannya, kaum perempuan juga mampu berperan sesuai dengan kapasitasnya. Dengan tegas saya katakan, dikotomi seperti ini sudah tidak memiliki tempat di Indonesia," tambah Gus Men, panggilan akrabnya.
Hadir pula dalam pembukaan Muktamar XIV Nasyiatul Aisiyah, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah beserta jajaran, Forkopimda, Dirjen PHU, Kakanwil Kemenag Jabar dan Stafsus Menteri Agama.
Menurut Menag, Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah dengan tema 'Memajukan Perempuan Menguatkan Peradaban' masih sangat sejalan dengan spirit yang digagas oleh pendahulu Nasyiatul Aisyiyah.
Menag mengapreaisi peran Nasyiatul Aisyiyah dalam memajukan perempuan Indonesia. Perempuan, lanjut Menag, harus berjalan beriringan dengan perkembangan zaman, tidak berhenti dan merasa cukup dengan tugas-tugas yang diidentikkan dengan perempuan, sehingga output yang dihasilkan adalah penguatan peradaban.
"Berbicara tentang perempuan dan peradaban yang menjadi kata kunci dari muktamar ini, sama halnya berbicara tentang muatan negara," kata Menag.
"Perempuan dan peradaban tidak dapat dipisahkan dari negara. Dengan kata lain, tidak ada negara tanpa peradaban, dan tidak ada peradaban tanpa adanya perempuan. Oleh karena itu, memajukan perempuan dari segala aspek, sama halnya dengan menguatkan peradaban dalam wilayah tersebut," tandas Menteri Agama.
Menurut Menag, menguatkan atau bahkan memajukan peradaban sebuah bangsa merupakan tanggung jawab sosial dari seluruh elemen, tanpa mengenal apakah dia seorang perempuan atau pun laki-laki.
Akan tetapi, untuk menguatkan peradaban diperlukan banyak aspek yang harus disentuh, mulai dari pendidikan, sosial, budaya, pemikiran dan agama. Tujuannya tidak lain untuk melahirkan insan-insan yang beradab.
Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa membangun bangsa melalui penguatan peradaban adalah tugas elit politik dan elit intelektual.
Padahal, sebagaimana disebutkan di muka bahwa permasalahan tersebut adalah tugas kita bersama, laki-laki ataupun perempuan.