Penting Bagi Ibu Hamil Tetap Bahagia, Berpengaruh Pada Janin

- Rabu, 30 November 2022 | 07:45 WIB
Net
Net

MoeslimChoice.Ada banyak masalah kesehatan yang bisa mengintai jika ibu hamil tidak bahagia selama menjalani kehamilannya. 

Tidak berhenti sampai di situ, ibu yang tidak bahagia setelah melahirkan juga berujung mengganggu tumbuh kembang anak, bahkan dapat membahayakan dirinya sendiri sekaligus bayi yang dilahirkannya.

Menurut dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG., selama masa kehamilan, banyak perubahan yang terjadi pada perempuan, mulai dari fisik hingga psikis, serta yang tidak tampak, yaitu perubahan hormonal.

Pada trimester pertama, hormon yang meningkat dalam tubuh wanita antara lain hormon estrogen dan progesteron. Ditambah lagi, ada pula hormon kehamilan yang muncul, yakni hormon beta chorionic gonadotropin (beta hCG), yang kerap mengakibatkan mual dan muntah.

“Makanya enggak heran trimester pertama sekitar 75-80% ibu hamil pasti mual. Nah, yang 20% enggak mual atau istilahnya hamil kebo,” ujar dr. Dara.

Ketiga hormon tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan psikis ibu hamil, sehingga jadi lebih sedih, menangis, dan gampang marah-marah. Ini selaras dengan survei yang dilakukan oleh Teman Bumil terhadap 1.504 ibu hamil, 64,6% mengaku lebih mellow dan sering sedih, sementara 38,4% mengaku jadi lebih stres selama hamil.

Selain masalah hormonal, ada beberapa faktor eksternal yang menjadi pemicu ibu hamil tidak bahagia atau stres. Saat ditanyakan oleh Teman Bumil, kondisi finansial yang belum stabil (44,3%) berada di urutan pertama. 

Kemudian, disusul dengan masalah kehamilan yang cukup mengganggu (35,8%), belum atau sulit menyiapkan biaya persalinan (23,9%), masih harus bekerja atau mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga sendirian (21,5%), dan menjalani kehamilan sambil mengurus anak (20,7%).

Dampak bagi Janin Bila Ibu Tidak Bahagia

Meski kebanyakan terjadi di trimester pertama, kondisi psikis yang naik turun juga bisa berlanjut sampai trimester kedua, bahkan trimester ketiga. Hal yang paling mengganggu di trimester kedua, ujar dr. Dara, biasanya terkait dengan perubahan bentuk fisik. 

Sementara di trimester ketiga, ibu hamil kerap stres terkait proses persalinan yang akan ditempuhnya kelak. Walau hormon berperan besar, kesedihan pada ibu hamil tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. 

“Dampak secara tidak langsung itu ada, ya. Contohnya, ibu-ibu yang bersedih berkepanjangan berpotensi mengalami persalinan prematur. Bisa juga, anaknya kecil. Kita istilahkan BBLR (bayi berat lahir rendah),” ungkap dr. Dara.

Saat para ibu hamil sedih dan banyak pikiran, mereka bisa jadi malas makan atau makan tidak teratur. Akibatnya, janin menjadi kekurangan nutrisi lalu mengalami BBLR. Ada pula yang sampai tidak menjaga kebersihan diri, yang berisiko tubuh terpapar banyak bakteri.

Bakteri pun bisa masuk dari vagina ke dalam rahim, lalu menginfeksi selaput ketuban, yang memperbesar potensi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan prematur.

Halaman:

Editor: Irma

Terkini

X