Republik "Seolah-olah"

- Selasa, 12 April 2022 | 18:15 WIB
Net
Net

MoeslimChoice.Akhirnya di Rezim ini kita rasakan semuanya serba se olah-olah, terutama di "cuci otak" seolah-olah kita saat ini sudah makmur, kaya raya, serba gemerlap dan seterusnya !

Lihat saja, begitu Jokowi naik tahta tiba-tiba ada proyek pembangkit 35.000 MW, selanjutnya tiba-tiba ada proyek KA Cepat super modern Maglev (Magnetic Levitation) yaitu KA Cepat tidak pakai roda biasa tetapi pakai lempeng baja yang mengambang diatas rel, seperti di RRC, kecepatan bisa mencapai 350 km/jam. 

KA Cepat ini menghubungkan Jakarta - Bandung yang 180 km bisa ditempuh kurang dari satu jam, dengan biaya Rp 86 triliun (tetapi akhirnya membengkak 25%). Selanjutnya yang terakhir "gak ada hujan gak ada angin" tiba-tiba Jokowi "bangun tidur" (mungkin dalam tidurnya bermimpi) ada ide membangun ibu kota baru di Kalimantan Timur. Dan ketika dilantik menjadi Presiden periode ke 2 langsung bilang didepan Sidang Pleno MPR RI, bahwa dia akan membangun ibu kota baru. Artinya dia lakukan "Faith accomply" MPR RI. 

Jangan ditanya apakah sudah ada Feasibility Study nya, bagaimana Amdal nya dan studi2 lain berupa dampak sosial , geopolitik dan seterusnya ? Artinya proyek2 infrastruktur di eranya dilakukan secara EPC (Engineering, Procurement, Construction) dengan resiko tinggi baik teknis, ekonomi, maupun politis !

Dan ingat, semua dilakukan dengan hutang Luar Negeri !

Intinya, Rezim ini telah melakukan "cuci otak" rakyat dengan jurus gebyar-gebyar seolah-olah Indonesia sudah menjadi negara maju, makmur, kaya raya ! Tetapi semuanya dilakukan dengan jurus hutang LN yang "Super Nekad" ! 

Tiba-tiba Menkeu mengumumkan bahwa hutang LN Indonesia sebesar Rp 7.014 triliun lebih per Pebruari 2022. Padahal saat peralihan kekuasaan dari SBY ke Jokowi saat itu hutang LN sebesar Rp 2.600 triliun . Artinya hutang khusus era Jokowi adalah Rp 4.400 triliun atau AS$ 300 miliar lebih. 

Hutang yang sangat besar dan mengagetkan. Namun beberapa waktu yang lalu Anggota DPR Misbakhun menulis di akun nya bahwa hutang LN sebenarnya sudah tembus Rp 17.500 triliun. Sementara Direktur AEPI Salamuddin Daeng sekitar setahun yang lalu menulis bahwa hutang LN RI sudah Rp 10.700 triliun. Sedang menurut INDEF sekitar enam bulan yang lalu menyampaikan hutang LN sebesar Rp 7.000 triliun, dan akhir Pemerintah Jokowi bisa diatas Rp 10.000 triliun.

Intinya bahwa hutang LN era Rezim ini sangat besar guna mendukung jurus "Republik Seolah olah" !

Pertanyaannya, akibat hutang LN yang sebagian besar berasal dari China ini apa konsekuensinya nanti ? 

Perlu diketahui bahwa saat hutang LN akhir 1997 sebesar AS$ 140 miliar (tercancum di LOI 1997), konsekuensi logisnya Pemerintah Indonesia harus menandatangani LOI (Letter Of Intent) dengan WB, ADB dan IMF (yang diwakili oleh IMF) . Dimana isi LOI adalah Indonesia harus melaksanakan kebijakan Deregulasi, Debirokratisasi, Structural Adjustment , privatisasi , liberalisasi perdagangan dst. Yang semua itu harus didahului dengan Amandemen UUD 1945 dan akhirnya Sumberdaya Alam dan BUMN banyak yang dikuasai Asing ! 

Sekali lagi, apa konsekuensi hutang terhadap China nanti nya ? Yang dipastikan baru akan diketahui akhir kekuasaan Jokowi ? Sebagaimana konsekuensi hutang Orba juga baru diketahui pada akhir 1997 berupa terbitnya LOI ?

Dan perlu diingat sudah ratusan ribu bahkan mungkin jutaan TKA China berada di tanah air ini. Apakah Indonesia akan menyusul nasib Tibet dll menjadi korban strategi Global China bernama OBOR (One Belt One Road) ? Yaitu akan menjadi Negara Protektorat China ?

Wallahua'lam bhi ash-shawab !

Halaman:

Editor: Irma

Terkini

X