Moderasi Islam yang Pernah Menjadi Salah Paham

- Selasa, 30 November 2021 | 10:10 WIB

Moeslimchoice. Bernama lengkap Prof KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin MA PhD, dikenal sebagai Din Symasuddin, adalah figur intelektual Islam yang persisten berpijak pada nilai-nilai kesilaman dan kebangsaan hingga berpengaruh signifikan. Kepeloporannya sebagai penggerak gagasan dan penerapan Islam wasathiyah (moderat) sangat menonjol, hingga sempat pula disalahartikan.

Pada awal tahun ini misalnya Din Syamsuddin sempat mendapat stigma atau label radikal. Namun, justru lebih banyak kalangan melihatnya sebagai penggerak Islam moderat, tak terkecuali figur politik di pemerintahan seperti Menko Polhukam Mahfud MD dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. 

Bahkan dengan gagasan moderatnya itu, Din kerap menjadi utusan pemerintah Indonesia untuk berbicara di dunia internasional tentang perdamaian dalam Islam. Terlebih ia merupakan guru besar di Universitas Islam Negeri Jakarta, kampus yang dikenal sebagai tempat suburnya gagasan-gagasan pluralitas, moderasi dan modernisasi Islam sejak sebelum reformasi.

Sedangkan latar belakang Muhammadiyah, organisasi tempat ia pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat, merupakan ormas yang dikenal moderat dan sangat besar perannya menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Bahkan Din pernah juga menjadi Ketua MUI Pusat. 

Aktivitasnya di Asian Committee on Religions for Peace (ACRP) dan World Peace Forum (WPF) semakin menegaskan pemahaman dan sikap Islamnya yang moderat. Ia sudah menjadi penghubung umat Islam dengan lingkungan global yang sangat beragam, di samping memang berlatar belakang pendidikan pascasarjana dan doktoral barat di kampus UCLA, Amerika Serikat.

Wasathiyah, menurut Din, mulai muncul kembali sekitar 2000-an setelah maraknya aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku paling Islami namun berbuat anarkis. Sekelompok orang ini lah yang mengakibatkan Islamophobia di kalangan masyarakat. “Maka dari itu Islam Wasathiyah menjadi hal yang penting di era sekarang ini,” ujar Din.

Din menyampaikan ada tujuh aspek yang masuk dalam konsep Islam Wasathiyah, yakni, Al-I’tidal, At-Tawazun, At-Tasamuh, As-Syura, Al-Islah, Al-Qudwah, dan Al-Muwatonah. Al-I’tidal itu artinya adil tidak memihak siapapun. Sebagaimana dalam Sholat, I’tidal itu posisi lurus yang tidak condong ke manapun.

Aspek kedua lanjut Din, yakni At-Tawazun yang artinya keseimbangan, bagaimana masyarakat itu bisa seimbang antara agama, bangsa, negara bahkan dunia. Kemudian yang ketiga yakni At-Tasamuh yang berarti rasa saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya. Dengan seperti ini kata Din, maka perpecahan pun tidak akan terjadi.

Aspek keempat yakni As-Syura, kecenderungan untuk membicarakan masalah secara bersama (musyawarah). Kelima, Al-Islah yang berarti melakukan perbaikan. Kata Din, Istilah disini yakni apabila ada kerusakan dalam tatanan kehidupan itu selalu dilakukan perbaikan.

Kemudian, aspek yang keenam yaitu Al-Qudwah yang artinya pelopor, atau yang mengambil inisiatif, dan yang ketujuh yaitu Al-Muwatonah yang berarti kewarganegaraan. “kita mengakui sebuah negara dan kita mau membangunnya,” sambungnya.

Sedangkan aspek ketujuh, Al-Muwatonah adalah keberbangsaan. Maknanya, merangkul saudara sebangsa dalam menciptakan kedamaian.

Belakangan, masih terkait dengan washatiyah terutama muwatonah, ia menawarkan konsep menghadapi masa normal baru terkait dengan wabah Covid-19 di Indonesia. Menurut dia, sesuai penggalan ayat al-Quran, hayyatan thayyibah, normal baru berarti membudayakan kehidupan memperhatikan nilai-nilai yang menghargai perlindungan kehidupan, antara lain konsumsi halal, dan aman bagi kehidupan.

Dengan rekam jejak panjangnya sebagai salah satu ketua organisasi kemasyarakatan Islam hingga menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, juga menjadi Utusan Khusus Presiden untuk dialog keagamaan dan peradaban, belum lagi di bidang akademis, Din Syamsuddin merupakan figur yang menyelaraskan keislaman dan keindonesiaan secara signifikan. Oleh sebab itulah panitia MoeslimChoice Award menominasikannya untuk menerima penghargaan atas pengabdian sepanjang hayatnya, lifetime achievement award, pada tahun ini.* 

Editor: Gunawan Effendi

Terkini

X