Farmasi Swasta yang Kian Mengemuka

- Senin, 29 November 2021 | 16:10 WIB

Moeslimchoice. Boleh jadi banyak yang mengira Kalbe Farma adalah perusahaan milik negara. Karena layanannya luas dan selalu sanggup menyesuaikan diri dengan harapan konsumennya.

Kuncinya memang inovasi produk dan layanan sesuai dengan keperluan pelanggan. "Mulai dari produk yang bersifat preventif, kuratif, diagnostik bahkan digital platform yang ditujukan baik untuk B2B atau B2C,” kata Bernadus Karmin Winata, Direktur PT Kalbe Farma Tbk.

Dengan reputasi itu, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) yang berdiri sejak tahun 1966 merupakan salah satu perusahaan farmasi terbuka terbesar di Asia Tenggara. Pada 1991, melepas sebagian saham pendirinya ke publik dan mulai tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan terbuka.

Kalbe memiliki empat divisi utama yang menangani portofolio merek  handal dan beragam: Divisi Obat Resep (Cefspan, Brainact, Broadced, dll); Divisi Produk Kesehatan obat bebas (Promag, Mixagrip, Komix, Woods, Fatigon, dll), multivitamin (Fatigon, H2, XonCe, Hevit-C, JossC1000 dll), dan minuman suplemen dan siap saji (Hydro Coco, Extra Joss), Divisi Nutrisi (ChilKid, Prenagen, Diabetasol, Zee, dll); dan Divisi Distribusi. 

Tambahan pula, Kalbe memiliki lebih dari 40 anak perusahaan dan 14 fasilitas produksi berstandar internasional. Jumlah pekerjanya mencapai sekitar 17.000 karyawan, tersebar di 76 cabang di seluruh Indonesia. 

Sepanjang tahun ini yang masih didominasi oleh wabah Covid-19, fokus Kalbe adalah memberikan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan dengan mengeluarkan produk kesehatan (seperti herbal, suplemen, vitamin dan obat-obatan), produk nutrisi yang lebih terjangkau dan layanan test serta diagnostik yang berhubungan dengan Covid-19. 

Selain itu, untuk mendekatkan diri dengan basis pelanggan yang lebih luas, Kalbe juga menyediakan platform B2C – klikdokter (telemedicine) dan B2B – EMOS & Mostrans melalui divisi distribusi & logistik.  Kemudian, Kalbe juga menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital, serta memonitor biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan kinerja bisnis.

Selain itu, industri farmasi ini terus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat untuk internal maupun eksternal serta melakukan edukasi kepada pasar melalui berbagai saluran komunikasi. Alhasil, sepanjang sembilan bulan pertama 2021, penjualan produk dan layanan Kalbe tercatat mencapai hampir Rp20 triliun, naik 11,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba  bersih pemilik entitas induk mencapai hampir Rp2,29 triliun di sembilan bulan pertama 2021, naik 12,8 persen dibandingkan dengan hampir Rp2,03 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. 

Inovasi Kalbe juga berlangsung terus untuk menyediakan produk dan layanan yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan mendukung pertumbuhan penjualan. Antara lain, melalui PT Kalbe Genexine Biologics, Kalbe berkolaborasi di bidang riset dan uji klinis dengan pihak ketiga untuk produk penemuan baru (novel products) di beberapa negara di Asia Tenggara, Australia dan Timur Tengah.

Optimisme untuk tumbuh, mendorong Kalbe terus konsisten melakukan aktivitas riset dan pengembangan. Melalui sinergi ABGC (Akademisi, Business, Government dan Komunitas), Perseroan melanjutkan berkolaborasi menghasilkan produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (hilirisasi produk) dan mampu memberikan kontribusi pada performa bisnis. 

Kalbe pun membuka kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam bentuk joint-venture, akuIsisi atau bentuk kerja sama bisnis lainnya. Untuk segenap upaya dan kinerjanya sepanjang tahun ini, panitia menominasikan Kalbe Farma menerima penghargaan Economy and Business Award.*

Editor: Gunawan Effendi

Terkini

X