Tentang Teroris Srigala Tunggal Itu (Bagian -1)

- Kamis, 1 April 2021 | 10:55 WIB

Insya Allah istilah teroris srigala tunggal atau lone wolf terrorist yang dikemukakan oleh Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengenai penyerang Markas Besar Polri akan mulai tertanam dalam ingatan kita. Tambahan keterangannya, pelaku seorang muslimah, 25.

Informasi dari Kapolri sudah tentu berdasarkan temuan fakta yang disampaikan secara berjenjang dan melibatkan institusi Polri. Bukan asal bicara.

Pengertian lone wolf terrorist jelas berasal dari bahasa internasional yang terjemahan bebasnya teroris srigala tunggal. Aksi teror lone wolf ini juga sudah merupakan gejala internasional. Sayangnya banyak kajian akademis biasanya berada di wilayah disiplin ilmu hubungan internasional karena bias pandangan terorisme sebagai musuh global.

Namun, kini pandangan tentang teror srigala tunggal itu sudah menemukan ciri khususnya yang menunjukkan kaitan dengan kondisi domestik atau dalam negeri. Teroris srigala tunggal dapat muncul dan berkembang secara lokal (homegrown). Pelakunya juga dapat berasal dari berbagai latar belakang. 

Sebuah studi oleh Diana Zogno (2018) yang mencakup kawasan Eropa menunjukkan dari 98 plot (skenario) penyerangan srigala tunggal ini, 72 antaranya menjadi kenyataan. Ini seperti menunjukkan pengawasan atau pencegahan terhadap gejala srigala tunggal memang lebih menyulitkan, meskipun bukan tak mungkin terlaksana dengan baik.

Nah, dari 72 serangan, 27 antaranya merupakan tindakan yang terinspirasi oleh agama --kebanyakan terkait imigran muslim, sesuai dengan karakter homegrown tadi. Setelah itu menyusul 17 serangan oleh penganut ideologi sayap kanan yang ultra-nasionalis dan kerap menjadikan imigran sebagai sasaran serangan. Dari jumlah korban, studi Zogno menunjukkan serangan oleh  srigala tunggal sayap kanan ini menelan lebih banyak korban. Dari 17 serangan srigala tunggal sayap kanan, korbannya mencapai 94 orang, sementara korban srigala tunggal terinspirasi agama tercatat 16 orang. Ini menunjukkan kemampuan dan kualitas sumber daya masing-masing kategori srigala tunggal berdasarkan latar belakangnya.

Kita juga dapat sama-sama mengetahui, di wilayah lain, Amerika Serikat, belakangan ini muncul kampanye melawan sentimen Anti-Asia menyusul serangan srigala tunggal terhadap tiga spa di Atlanta, Georgia, AS pada 16 Maret lalu. Korbannya mencapai delapan orang, dan enam antaranya merupakan keturunan Korea. Ini jelas karakter homegrown pada gejala lone wolf terrorist.

Di Indonesia, sejauh ini, teroris srigala tunggal biasanya terkait dengan ideologi ISIS, Islamic State of Iraq and Syria. Termasuk srigala tunggal yang masih remaja di Subang, Jawa Barat, yang sudah sanggup membuat bom pipa secara mandiri. Gejala srigala tunggal di Indonesia menambah kategorisasi jenis teroris seperti yang dikemukakan oleh Kapolri (kini Menteri Dalam Negeri) Tito Karnavian structural organization, leaderless jihad dan lone wolf terrorism.

Di bagian berikutnya akan kita kupas gejala srigala tunggal yang pengertiannya sendiri masih terus mengalami perkembangan di lingkup akademis maupun praktis. Namun satu hal, dari berbagai kajian, para srigala tunggal --apapun ideologinya, adalah mereka yang cenderung terpisah bahkan termarginalisasi dari kehangatan dan kebahagiaan keluarga. Jangkauan internet yang sanggup menyusup hingga ke kamar tidur memungkinkan tumbuh dan berkembangnya para srigala tunggal, dari kalangan muda tanpa memandang gendernya.

Jadi, persoalan homegrown di sini bukan sekadar masalah domestik yang berarti dalam negeri, melainkan juga kehidupan keluarga. Soal ini juga akan menjadi bagian dari rangkaian diskusi tentang gejala teror srigala tunggal. Awal yang baik adalah bercermin pada diri sendiri dan keluarga kita masing-masing, apakah ada salah satu saudara terdekat yang cenderung lebih suka menyendiri? Atau malah kita yang sering memilih untuk memisahkan diri? 

Mari saling merapatkan diri di tengah suasana pandemi dan resesi ekonomi.  Insya Allah ini akan menjadi bagian menjaga diri kita dan keluarga dari neraka dunia maupun akhirat serta meraih segenap kebaikannya. (GE)  

Editor: Gunawan Effendi

Terkini

X