MoeslimChoice. Hari ini, Rabu (22/3/2023) digelar Rukyatul Hilal di seluruh Indonesia. Hilal awal Ramadhan 1444 H telah terlihat di Hotel Pantai Wisata Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Rabu (22/3/2023) petang.
Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Khaeroni Rabu (22/3/2023).
"Melihat hasil Rukyatul Hilal hari ini dan menyimak hasil di sejumlah lokasi di Indonesia, sepertinya tahun ini berpotensi akan sama awal Ramadhannya," kata Kakanwil Kemenag Sulsel, Khaeroni, seperti dilansir dari NU Online, Rabu (22/3/2023).
Kanwil Kemenag Sulsel melaksanakan Rukyatul Hilal bersama Badan Hisab Rukyat (BHR) Sulsel, Pengadilan Agama, MUI, Ormas Islam, Perguruan Tinggi dan BMKG Sulsel. Sementara perukyah yang melihat sudah disumpah oleh pengadilan agama setempat.
Menurut Khaeroni pada saat jelang Maghrib, 22 Maret 2023 di sejumlah titik pemantauan di Indonesia termasuk di Sulsel, posisi bulan (hilal) sudah berada pada angka 7 derajat 33 Menit 28 detik. Angka itu, menurutnya, sudah memenuhi kriteria baru yang pernah ditetapkan secara bersama oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat dan sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal [WH].
Baca Juga: Besok, Kemenag Gelar Sidang Isbat 1 Ramadhan 1444 H dengan Rukyatul Hilal di 124 Lokasi
"Jadi, potensi awal Ramadhan Tahun ini bisa seragam, bahwa 1 Ramadan 1444 Hijriyah / 2023 Masehi jatuh pada 23 Maret 2023. Meskipun demikian, kita tetap menantikan hasil Sidang Isbath yang digelar di Pemerintah dalam hal ini Kemenag RI yang digelar Malam ini, semoga hasilnya sesuai harapan kita bersama," tambah Khaeroni.
Ia juga mengungkapkan penyebab utama perbedaan penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang, karena belum ada kesepakatan terkait kriteria awal Hijriyah. Ia menjelaskan bahwa prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender Hijriyah harus ada otoritas tunggal. Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggal yang dapat diikuti bersama.
Sementara kondisi saat ini, otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat Nasional atau regional. Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum sesuai batas kedaulatan negara. Kriteria diupayakan untuk disepakati bersama dan jika terdapat perbedaan jangan menjadi sebuah gesekan.
Khaeroni berharap, ke depan, pemerintah dan sejumlah pihak terkait dapat mengupayakan ada satu sistem tunggal.
"Sehingga keterbukaan semua pihak bisa membuat satu kalender yang mapan ada otoritas tunggal, kriteria tunggal, dan batas tanggal yang disepakati bersama agar dapat dijadikan rujukan semua pihak dan mempersatukan umat," katanya.
Baca Juga: Haji 2023: Kemenag Siapkan 490 Bus Shalawat Beroperasi 24 Jam Penuh
Khaeroni menyatakan bahwa berkumpulnya hampir semua elemen di tempat ini membuktikan bahwa telah menunjukkan satu pilar penting dari moderasi beragama adalah toleransi, yakni kesiapan untuk hidup bersama dengan yang berbeda.
Kesadaran akan toleransi bulan sesuatu yang jatuh dari langit, tapi butuh diupayakan, toleransi bukan tumbuh sendiri tapi buah dari kerja keras untuk membangun hidup bersama di tengah berbagai perbedaan.
Artikel Terkait
Mudahkan Akses Publik, Kemenag Rilis WA, Email, dan Call Center Layanan
Sambut Ramadhan 2023, Kemenag Kirim 50 Da'i ke Daerah 3T