MoeslimChoice - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menekankan pentingnya konvergensi program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam penghapusan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka stunting.
“Gunakan data P3KE untuk mempertajam sasaran program. Pemerintah Daerah dapat melakukan sinergisitas program yang melibatkan berbagai unsur masyarakat serta memperluas program kemitraan dalam menghapus kemiskinan esktrem ini,” Tuturnya.
Dalam agenda Roadshow Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Menko Muhadjir menyampaikan, tingkat kemiskinan ekstrem di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengalami penurunan dari tahun 2021 sebesar 1,87 persen menjadi 1,03 persen pada 2022.
Angka itu, menurut Muhadjir, menunjukan geliat dan capaian positif dalam menjalankan program Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan pada selang waktu satu tahun terakhir.
Namun, kata dia, masih terdapat wilayah yang angka kemiskinan ekstremnya di atas rata-rata nasional. Seperti di Kabupaten Minahasa Tenggara sebesar 3,01 persen dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2,53 persen.
Ia menjelaskan, konvergensi program merupakan pendekatan penyampaian intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terintegrasi, dan bersama-sama untuk mencegah stunting dan menghapus kemiskinan ekstrem kepada sasaran prioritas.
Baca Juga: Dana Desa 68 Triliun, Mendes Gus Halim Gandeng BKKBN dan Dinkes Fokus Tangani Stunting di Desa
Baca Juga: Menkeu: Jokowi Targetkan 2024 Angka Kemiskinan Ekstrem 0%
Fokus konvergensi mengacu kepada penurunan beban pengeluaran, peningkatan pendapatan, serta meminimalkan kantong kemiskinan.
"Karena stunting dan kemiskinan ekstrem ini saling berkesinambungan. Biasanya keluarga yang miskin ekstrem anak-anaknya juga terkena stunting, maka dari itu kita ingin memberantas keduanya," Ungkapnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di wilayah Sulawesi Utara sebesar 20,5 persen. Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 0,9 persen dimana pada tahun 2021 sebesar 21,6 persen.
Kota Tomohon menjadi wilayah dengan angka stunting terendah di Provinsi Sulawesi Utara yakni sebesar 13,7 persen. Sedangkan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur menjadi wilayah yang angka stuntingnya tertinggi sebesar 30 persen.
Bupati Bolaang Mongondow Timur Sam Sachrul Mamonto menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi diantaranya adalah masih kurangnya partisipasi keluarga yang memiliki balita dalam memantau pertumbuhannya di Posyandu. Selain itu, tenaga kesehatan seperti dokter spesialis anak, kandungan, dan gizi juga masih dibutuhkan dalam melaksanakan intervensi spesifik maupun sensitif.
“Kami berharap pemerintah pusat dapat ikut menekan angka stunting ini melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia serta dukungan anggaran terhadap program-program pembangunan infrastruktur dasar yang meliputi pembangunan sanitasi layak, air minum, dan akses jalan,” Ucapnya saat Roadshow Dialog Stunting dan Kemiskinan Ekstrem secara daring pada Jum’at (17/3).
Artikel Terkait
Ini 4 Jurus PJ Gubernur DKI untuk Capai Target 0 Persen Kemiskinan Ekstrem di 2024
Presiden Jokowi Tunjuk Menko PMK Muhadjir Effendy sebagai Plt Menpora