Sambut Ramadan, Begini Cara Mempersiapkan Diri Menurut Gus Baha

- Selasa, 14 Maret 2023 | 12:57 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha
KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha

MoeslimChoice. Bulan suci Ramadan sudah di depan mata. Dalam kurang dari 10 hari, umat Islam akan memasuki bulan suci, bulan penuh berkah, di mana pintu surga dibuka lebar, pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan akan dikerangkeng selama sebulan penuh.

Dalam menyambut bulan suci ini, tak jarang kaum Muslim, terutama umat Muslim di Indonesia akan melakukan beragam persiapan. Mulai dari yang sifatnya lahir hingga batin.

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal dengan Gus Baha, menjelaskan bahwa mempersiapkan diri memasuki bulan Ramadan, salah satunya adalah dengan mendalami kajian literatur dari para ulama terdahulu.

"Di antara ijazah dari Mbah Maimoen Zubair juga ijazah bapak, ngendika (mengatakan) 'Ihdinas shiratal mustaqim. Shirātal ladzīna an'amta 'alaihim ghairil maghdhūbi alaihim wa lad dhāllīn.' Jadi, kita tidak bisa shaleh tanpa meniru orang terdahulu. Kita tidak bisa baik, tanpa meniru orang terdahulu," kata Rais Syuriah PBNU, Gus Baha dalam tayangan video "Menyambut Ramadan Bersama Gus Baha", seperti dikutip dari laman NU Online, Senin (13/3/2023).

Karena dalam Surat Al Fatihah pada ayat tersebut, lanjut Gus Baha, Allah tidak hanya berfirman Ihdinasirotol mustaqim atau 'Tunjukkan kami jalan yang lurus' semata. Tetapi, Allah juga berfirman bahwa
jalan yang benar yakni jalan mereka yang telah Allah beri nikmat.

"Jadi, Allah menghendaki ini, ada masternya," tambah Gus Baha.

Baca Juga: Mengajar Lebih Mulia dari Wiridan, Ini Penjelasan Gus Baha

Dalam tradisi pesantren, Gus Baha mengatakan bahwa untuk mendalami literatur ulama terdahulu, ada sebuah tradisi yang namanya pasaran. Di mana, seluruh civitas pesantren akan mengaji kitab dengan
intesitas lebih banyak dibanding bulan-bulan selain Ramadan.

"Kalau tradisi di kami, di Pesantren, misalnya satu Kiai ngajar 2-3 kitab setelah shalat fardu. Biasanya
kalau Ramadan ini full. Karena ini, untuk melengkapi orang Indonesia dapat berkahnya Ramadan, kalau kita
belajar kitab atau membacakan kitab ke masyarakat, supaya tahu caranya niatnya orang dulu ketika puasa atau cara pandang orang dulu tentang puasa," ungkapnya.

Dengan begitu, diharapkan seseorang dapat membekali dirinya dengan pemahaman yang lebih jernih dalam memandang Ramadan.

"Cara pandang Ramadan secara benar, paling tidak, kita merasa lapar. Betapa sakitnya orang miskin yang lapar, terus menghormati makan, karena begitu nikmat. Ketika puasa melihat makanan yang kita sepelekan pada saat tidak puasa, ketika Ramadan spesial semua. Bahkan air pun spesial, gedang (pisang) goreng spesial," paparnya.

"Di sini ada syukur yang luar biasa. Itu kalau tidak baca literatur ulama terdahulu, kita tidak akan tahu," tutup Gus Baha.***

Baca Juga: Gus Baha Jadi Dai Terpopuler di Media Sosial

 

Halaman:

Editor: Melati Tagore

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X