MoeslimChoice. Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel), telah selesai dilaksanakan. Ambo Asse kembali terpilih sebagai Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, untuk periode 2022-2027.
Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, menutup rangkaian Musywil Muhammadiyah Sulsel secara resmi di Gedung Gabungan Dinas-dinas Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Minggu (5/3/2023).
Dalam Penutupan tersebut, Agung menyampaikan beberapa pesan. Menurutnya, tradisi pemilihan di Muhammadiyah tidak mensyaratkan kuantitas voting. Siapa yang memiliki jumlah voting terbanyak, tidak otomatis menjadi pimpinan. Aspek terpenting sesungguhnya, tidak terletak pada banyak tidaknya suara, melainkan musyawarah yang penuh keadaban. Musyawarah merupakan jalan paling maslahat dalam menentukan hajat hidup orang banyak.
"Dalam memilih pimpinan, tidak harus suara terbanyak kemudian menjadi ketua. Aspek terpenting ialah dimusyawarahkan dengan baik, karena permusyawaratan adalah sebaik-baik cara untuk menyelesaikan satu permasalahan," kata Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, di Sulawesi Selatan, seperti dilansir dari laman Muhammadiyah, Minggu (5/3/2023).
Agung Danarton berpesan, tentang pentingnya menjaga ruh Islam dalam menjalankan amal usaha. Biarpun Muhammadiyah memiliki puluhan ribu amal usaha, namun bila tidak didasari dengan ruh Islam, maka akan menjadi deretan gedung tanpa nyawa.
Baca Juga: Kembali Pimpin Muhammadiyah Jateng, Tafsir Akan Tekankan 3 Hal
Baik pimpinan, kader, maupun pegawai Muhammadiyah penting menjaga nilai-nilai keislaman. Karena ruh Islam itulah, Muhammadiyah dapat berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas.
"Alhamdulilah di antara kita insyaAllah masih terjaga (ruh keislaman). Kalau ini tidak dijaga, tidak dipelihara, diteruskan dan dikembangkan, gejala-gejala demoralisasi dan penurunan kualitas keberislaman Muhammadiyah ini sudah mulai nampak. Karenanya, mari ini jadi perhatian kita semua," tambah Agung.
Agung pun mendorong agar amal usaha yang bergerak di bidang pendidikan terutama pesantren menjadi benteng terakhir yang merawat paham Islam berkemajuan. Kehadiran pesantren Muhammadiyah mesti melahirkan generasi terpelajar yang dapat menciptakan kemashalatan publik.
Selain itu, ia juga berharap menciptakan deretan muballigh yang siap menjadi anak panah untuk menyebarluaskan paham Islam yang diyakini Muhammadiyah.
"Sebagai pusat kaderisasi Muhammadiyah, tentu harus menggencarkan bagaimana kaderisasi yang ada di pesantren-pesantren kita untuk betul-betul menjadi muballigh handal. Bukan hanya mampu ceramah, tapi juga mampu untuk mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah," ungkap Ketum PP MUhammadiyah itu.
Tidak hanya untuk pesantren, lembaga pendidikan Muhammadiyah yang lain, seperti sekolah dan perguruan tinggi, mesti menjadi duta-duta Persyarikatan untuk masyarakat.
"Setiap lulusan (lembaga pendidikan Muhammadiyah) kita bersaing (secara sehat fastabiqulkhairat) dengan salafi, wahdah, ad-dakwah, termasuk dengan kelompok tradisional," tutup Agung.***
Baca Juga: Erick Thohir Jangan Hanya Bicara Keamanan Timnas U-20 Israel, PKS: Mereka Negeri Penjajah
Artikel Terkait
Kembali Pimpin Muhammadiyah Jateng, Tafsir Akan Tekankan 3 Hal