Rukyat dan Hisab, Memahami Apa dan Mengapa Ada Perbedaan serta Cara Menyikapinya

- Kamis, 16 Maret 2023 | 17:58 WIB
Rukyat dan Hisab menentukan awal Ramadhan/Foto ilustrasi
Rukyat dan Hisab menentukan awal Ramadhan/Foto ilustrasi

MoeslimChoice. Rukyat dan Hisab menjadi dua kata yang akrab di telinga masyarakat Indonesia setiap kali menjelang datangnya Ramadhan. Baik Rukyat maupun Hisab merupakan metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan dalam Tahun Hijriah. Padahal Rukyat dan Hisab memiliki perbedaan signifikan. Pemakaiannya berawal dari perbedaan memahami Hadits Nabi Muhammad SAW.

Dilansir dari laman MUIDigital, Kamis (16/3/2023), Rukyat dan Hisab sangat berbeda. Dilihat dari secara bahasa, Rukyat berarti Melihat. Sedangkan dalam konteks penentuan awal bulan, Rukyat berarti melihat hilal atau bulan baru di ufuk baik menggunakan mata kepala secara langsung atau menggunakan alat bantu seperti teropong.

Dalam metode Rukyat, hilal atau bulan baru harus benar-benar terlihat secara pasti untuk menentukan apakah kita sudah memasuki awal bulan Ramadhan atau belum.

Baca Juga: Memetik Bunga Telang, Ganjar Pranowo Diserbu Ratusan Siswa SMP di Semarang

Hisab secara bahasa berarti Menghitung. Karena dalam Metode Hisab, penentuan awal bulan mengandalkan hitungan ilmu falak atau ilmu astronomi guna memastikan apakah hilal sudah wujud atau belum.

Jadi dalam Metode Hisab, kita tidak perlu benar-benar melihat hilal dengan mata kepala secara langsung, cukup dihitung saja dengan perhitungan matematis, astronomis. Bahkan, dengan metode hisab ini, penentuan awal bulan di tahun-tahun berikutnya sudah dapat ditentukan sejak sekarang.

Dalam catatan Ibnu Rusyd (w. 595 H.) pada karyanya Bidayat al- Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, perbedaan ulama dalam memilih metode rukyat atau hisab telah terjadi sejak era sahabat nabi dan tabiin.

Baca Juga: Kementerian Haji dan Umrah Umumkan Prosedur Pengembalian Uang Jamaah, Syarat dan Ketentuan Berlaku

Menurut Ibnu Rusyd, Sahabat Ibnu Umar adalah yang memegang metode rukyat dalam menentukan awal bulan. Di sisi lain, terdapat tabiin senior bernama Mutharrif bin Syikhir yang lebih memilih menggunakan metode hisab.

Masih menurut Ibnu Rusyd, perbedaan tersebut disebabkan perbedaan dalam memahami hadist Nabi Muhammad SAW:


قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Nabi ﷺ bersabda, atau Abul Qasim ﷺ telah bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan (mendung), maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Syaban menjadi tiga puluh.” (HR Bukhari)

Sebagian ulama berdasarkan hadits di atas berpendapat bahwa metode penentuan awal bulan harus dengan rukyat, atau harus secara pasti melihat hilal.

Bila tidak memungkinkan, cukup menggenapkan bulan Syaban menjadi 30 hari karena kalender Hijriah tidak ada yang melebihi 30 hari.

Sedangkan sebagian ulama lain yang berpatokan pada metode hisab memandang bahwa justru karena hilal tidak terlihat oleh mata karena mendung, dan karena berkembangnya ilmu matematika dan astronomi yang menyoal peredaran benda angkasa, kenapa tidak kita hitung saja kapan hilal muncul, jadi tidak perlu repot-repot lagi melihat hilal secara langsung. (Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, juz 2, hlm 46)

Halaman:

Editor: Rosydah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bacaan Doa Niat Puasa Ramadan

Minggu, 19 Maret 2023 | 00:08 WIB

Berikut Doa-Doa yang Bisa Dibaca di Bulan Ramadan

Selasa, 14 Maret 2023 | 18:57 WIB

Hukum Ziarah Kubur Menjelang Ramadan

Selasa, 14 Maret 2023 | 08:05 WIB

Persiapan Menyambut Bulan Ramadan 2023, Apa Saja?

Jumat, 10 Maret 2023 | 09:35 WIB

Hukum Membunuh Semut dalam Islam

Kamis, 9 Maret 2023 | 06:34 WIB

Niat, Tata Cara dan Doa pada Shalat Witir

Rabu, 8 Maret 2023 | 23:05 WIB
X