MoeslimChoice.Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar yang karib disapa Kiai Miftah mengajak umat Islam untuk senantiasa mendekatkan diri dan berpegang teguh kepada Allah SWT. Kenapa demikian?
Kiai Miftah mengatakan, orang-orang yang berpegang teguh kepada Allah SWT takkan melakukan perbuatan tercela, termasuk menganggap rendah orang lain.
Kiai Miftah pada Ngaji Syarah Al-Hikam Pertemuan Ke-3 di Channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar yang dikutip dari NU Online, Rabu (8/3/2023) mengatkan,"Orang yang berpegang kepada Allah, dia tidak menganggap orang lain itu di bawah pangkatnya. Walaupun dia sendiri shalatnya Masya Allah, orang lain tidur saja, ya shalat lima waktu tapi cuma wajib saja. Itu tidak menganggap dia di bawah saya."
Baca Juga: Orang Kaya Boleh Menerima Zakat, Contohnya Sayyidina Usman bin Affan yang Kaya Raya
Dalam pikiran para al-arif billah, kata Kiai Miftah, tidak ada sama sekali pikiran-pikiran menganggap orang lain itu di bawah pangkatnya. Mereka tawakalnya hanya kepada Allah, i'timad (bersandar) kepada Allah bukan kepada amal.
"Kenapa mereka kok i'timad kepada Allah, bukan kepada amal? Karena amal amal itu, katakanlah amal kita, tidak ada jaminan amal kita sempurna, tidak ada jaminan 100 persen selamat amal kita," katanya.
Lebih lanjut disebutkan Kiai Miftah, sesuatu yang yang layak dibuat andalan, gandulan (bergantung), i'timad yaitu yang abadi, yang ada jaminan, yang 100 persen tidak pernah berubah.
Baca Juga: Jual Kalender Bebek Warna Kuning, Narathorn Chotmankongsin Divonis 2 Tahun Penjara
"Lah yang buat kita gandulan tadi, i'timad tadi tiba-tiba lenyap dari kita. Padahal kita sudah sangat menggantungkan, tiba-tiba dia mengecewakan kita, tiba-tiba dia tidak mau memenuhi apa harapan kita. Lalu ke mana kita bergantungnya, wong kita sudah bergantung dengan selain Allah. Kalau kita mengaku saat itu, lalu bergantung kepada Allah, ya karena kecewa," tambahnya.
Kiai Miftah, yang juga Pemimpin Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur, menganalogikan hal tersebut dengan orang yang menyatakan cinta kepada seseorang karena dikecewakan orang lain . Itu cintanya hanya cari sasaran untuk menutup kekecewaan. Artinya tidak sempurna.
"Makanya sudahlah kita serahkan, kita pegangan kepada Allah, bukan kepada amal. Amal kita tetap kita amalkan. Shalat kita wajib dilakukan, puasa tetap wajib dilakukan. Tetapi jangan jadi andalan. Shalat kita nggak tahu, diterima apa nggak, berapa nilainya nggak tahu," kata Kiai Miftah mengajak melakukan amal ibadah dengan semata-mata menyerahkan hasilnya pada Allah SWT.*
Artikel Terkait
PBNU-Bawaslu RI Sepakat Tolak Politik Identitas pada Pemilu 2024
Ketua PBNU Sebut Pelaku Politik Identitas adalah Penipu yang Tak Memiliki Keberanian dan Gagasan
Awal Ramadan 1444 H Bisa Bareng atau Berbeda, Begini Penjelasan Ketua Lembaga Falakiyah PBNU