Adakah Dalil Tentang Memperlama Sujud Terakhir dalam Shalat dan Berdoa Selain Bahasa Arab?

MoeslimChoice - Sujud adalah momen terdekat dengan Allah, memperbanyak doa sangat dianjurkan, karena kemungkinan diijabahnya begitu besar. Bila tak mampu berbahasa Arab, gunakanlah bahasa yang Anda mengerti. Tapi jangan merancukan dengan rukun shalat yang lain, sebab hal itu bisa menghancurkan ibadah tersebut. Allah Mahatahu dan Rahman-Rahim-Nya meliputi alam semesta.

Di masyarakat, di mushalah dan masjid-masjid, sering kita jumpai para mushally (orang yang shalat) ketika sedang mengerjakan rukun shalat sebelum yang terakhir, yakni sujud yang terakhir, mereka memperlama sujudnya, bahkan sampai imam sudah pertengahan membaca doa tasyahud akhir.

Apa sih yang melandasi perbuatan itu…? Batalkah shalat semacam itu…? Apa yang mereka baca atau doanya, dan pakai bahasa apa…? Bagaimana pada masa Rasulullah, apa sudah ada contohnya atau belum…? Lantas apa hukumnya…? Dan sebaiknya harus bagaimana kita menyikapinya…?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu akan diuraikan dalam tulisan kali ini.

Seperti Apa Sujud Akhirnya Rasulullah …

Bersanad dari  Al Baro’ ibn ‘Azib mengatakan bahwa ketika Rasulullah shalat, rukun-rukunnya tersebut dikerjakan dengan waktu yang hampir sama lamanya, baik saat ruku’, i‘tidal, maupun sujud awal atau akhir.

“Ruku’, sujud, bangkit dari ruku’ (i’tidal), dan duduk antara dua sujud yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya hampir sama (lama dan thuma’ninahnya).” (HR. Bukhari no.801 dan Muslim no. 471)

Hukum dan Pendapat Ulama Tentang Memperlama Sujud Akhir

Ulama besar Arab Saudi, Syaikh Muhammad ibn Sholih Al Utsaimin mengatakan ketika ditanya soal perkara ini. Beliau hanya mengetahui bahwa tak ada dasarnya memperlama sujud terakhir itu, karena Rasulullah melakukannya sama lamanya dengan sujud-sujud sebelum rakaat terakhir. Oleh karena itu, perbuatan itu bukanlah Sunnah rasulullah Saw.

“Memperpanjang sujud terakhir ketika shalat bukanlah termasuk sunnah Nabi Saw. Karena yang disunnahkan adalah seseorang melakukan shalat antara ruku’, bangkit dari ruku’ (i’tidal), sujud dan duduk antara dua sujud itu hampir sama lamanya.  Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits Baro’ ibn ‘Azib, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi Saw. Aku mendapati bahwa berdiri, ruku’, sujud, duduk beliau sebelum salam dan berpaling, semuanya hampir sama (lamanya). ” Inilah yang afdhal.

Akan tetapi ada tempat do’a selain sujud yaitu setelah tasyahud (sebelum salam). Nabi Saw. ketika mengajarkan ‘Abdullah bin Mas’ud tasyahud, beliau bersabda, “Kemudian setelah tasyahud, terserah padamu berdo’a dengan doa apa saja”. Maka berdo’alah ketika itu sedikit atau pun lama setelah tasyahud akhir sebelum salam. (Fatawa Nur ‘ala Ad Darb, kaset no. 376, side B).

Baca juga: Keutamaan Membaca Shalawat pada Hari Jumat dan Malam Jumat

Begitupun dalam Fatawa Al Islamiyah (1/258), Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin mengatakan,  “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat. Akan tetapi, memang sebagian imam melakukan seperti ini sebagai isyarat pada makmum bahwa ketika itu adalah raka’at terakhir atau ketika itu adalah amalan terkahir dalam shalat. Karenanya, mereka pun memperpanjang sujud ketika itu. Dari sinilah, mereka maksudkan agar para jama’ah tahu bahwa setelah itu adalah duduk terakhir yaitu duduk tasyahud akhir. Namun alasan semacam ini tidaklah menjadi sebab dianjurkan memperpanjang sujud terakhir ketika itu.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, Ahkam Qoth’ush Sholah, Fatawan no. 2046)

Memperlama Sujud untuk Berdoa