Menkeu: Ekonomi Memang Positif, Tapi Kita Harus Tetap Waspada

- Minggu, 23 Oktober 2022 | 18:20 WIB

MoeslimChoice.Berbagai lembaga dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap pada 5,3 persen tahun 2022. Namun demikian, Pemerintah Indonesia terus bersikap waspada. Yaitu mewaspadai pelemahan ekonomi dan ketidakpastian global.

Demikian dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengingatkan agar seluruh masyarakat Indonesia juga mewaspadai kondisi tersebut.

Ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,3 persen. Padahal pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 –sebagaimana diproyeksikan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF)- hanya berada di 3,2 persen pada 2022. Dan angka tersebut diproyeksikan akan menurun pada tahun depan. Tren penurunan ini juga terlihat dari proyeksi pertumbuhan dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), China, dan sejumlah negara Eropa.

Sri Mulyani memaparkan kinerja sektor eksternal Indonesia masih cukup positif. Hal itu terlihat dari neraca perdagangan yang terus surplus selama 29 bulan berturut-turut dan mencetak angka

surplus $4,99 miliar pada September 2022. "Neraca perdagangan ini memberikan bantalan terhadap gejolak yang terjadi dari arah ekonomi global. Ekspor kita masih tumbuh cukup tinggi, yaitu 20,28 persen," tambahnya secara virtual kemarin dilansir VOA.

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan ekspor dan impor yang positif itu dipengaruhi penguatan harga komoditas global yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu di antaranya komoditas sawit, batu bara, dan gas alam.

Sedangkan untuk inflasi, pemerintah mencatat angka inflasi Indonesia relatif masih moderat dibandingkan negara lain, seperti Australia, Thailand, dan Filipina yang di atas 6 persen.

"Inflasi masih cenderung tinggi, walaupun tahun depan diperkirakan sedikit mengalami penurunan. Walaupun pada level tinggi kalau menggunakan standar 10 tahun terakhir," jelasnya.

Pemerintah dan DPR sendiri telah menetapkan sejumlah asumsi makro yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanjar Negara (APBN) 2023, di antaranya pertumbuhan 5,3 persen, inflasi 3,6 persen dan tingkat suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 7,9 persen.

Pertumbuhan Kurang dari 5 Persen

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya berada di angka 4,7 persen atau di bawah target pemerintah. Menurutnya, faktor pelambatan ekonomi di China akan berpengaruh besar terhadap ekonomi Indonesia.

"Dibanding resesi di Amerika dan zona Eropa, ekonomi China perlu lebih diwaspadai karena China hadapi krisis properti yang berkepanjangan dan krisis pandemi. Ekspor dan investasi asal China sangat menentukan pertumbuhan berbagai indikator ekonomi Indonesia," jelas Bhima kepada VOA, Sabtu (22/10/2022).

Sementara dari dalam negeri, dampak kenaikan harga BBM akan terasa pada inflasi transportasi dan pangan pada tahun depan. Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga diperkirakan masih membutuhkan waktu untuk pulih. Di sisi lain, realisasi investasi akan menunggu karena investor masih harus mempertimbangkan pemilu 2024.

"Pangan, energi perlu dijaga, kurangi ketergantungan impor. Percepatan transisi energi juga bisa membuat Indonesia lebih kuat secara fundamental karena mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga minyak." tambahnya.

Halaman:

Editor: Ida Royani

Terkini

Menparekraf Dorong Kuliner Indonesia Makin Mendunia

Minggu, 19 Maret 2023 | 10:00 WIB
X