Seiring Perkembangan Teknologi, Kemendagri Dukung Generasi Muda yang Bebas Kekerasan

- Rabu, 7 Juni 2023 | 08:17 WIB
Sekjen Kemendagri Suhajar Diantoro pada acara Seminar Nasional Latsitardanus di Kantor Gubernur Sumbar, Selasa 6 Juni 2023.
Sekjen Kemendagri Suhajar Diantoro pada acara Seminar Nasional Latsitardanus di Kantor Gubernur Sumbar, Selasa 6 Juni 2023.


MoeslimChoice.com - Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Sekjen Kemendagri) Suhajar Diantoro mengungkapkan, sesungguhnya saat ini masyarakat sudah memasuki gelombang kelima revolusi industri, yang ditandai dengan adanya robot dan kecerdasan buatan. Peran-peran manusia yang telah berkolaborasi dengan robot, menurut Suhajar, tidak menutup kemungkinan robot lebih memiliki peran daripada manusia.

Sekjen Kemendagri Suhajar menyampaikan hal ini pada acara Seminar Nasional Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) XLIII/2023 di Istana Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Padang, Selasa (6/6/2023).

“Sehingga hari ini perang juga mungkin sudah menggunakan teknologi yang sangat canggih, sehingga gelombang keempat dan kelima ini tetap harus dikuasai oleh generasi-generasi kita sekarang. Maka tugas kita sebagai pemimpin hari ini memberi ruang kepada generasi muda kita untuk masuk ke menaklukkan faktor eksternal tadi,” kata Suhajar, dikutip MoeslimChoice.com dari laman resmi Kemendagri, Rabu 7 Juni 2023.

Suhadjar menegaskan, pihaknya mendukung generasi muda yang bebas kekerasan di tengah perkembangan teknologi yakni revolusi industri kelima.

Baca Juga: Melalui Indonesia Maju Expo & Forum 2023, Kemendagri Ikhtiar Dorong Pemulihan Ekonomi

Baca Juga: Resmikan Studio Rekaman Pertama di Indonesia, Erick Thohir Harap Generasi Muda Berkarya

Meskipun teknologi saat ini berkembang dengan cepat, kata Suhajar, tak memungkiri adanya faktor eksternal yang menjadi ancaman generasi muda, yaitu terkait dengan kekerasan di kelompok remaja. Dia mengungkap data kekerasan di Indonesia masih tinggi. Indonesia menduduki peringkat lima (41 persen) tingkat kekerasan tertinggi di dunia.

“Artinya kasus pukul memukul di kita masih banyak. Dalam buku Thomas Lickona, negara akan menuju krisis karakter apabila terlihat 10 ciri, satu di antaranya adalah meningkatnya kekerasan di kelompok remaja. Jadi kita dengan 41 persen itu tinggi,” ujarnya.

Suhajar pun berharap, generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin ke depan harus mengedepankan karakter dan intelektual sehingga kekerasan bisa dicegah. Tak hanya itu, perlu juga memperkuat toleransi sehingga kekerasan bisa diminimalisasi. Toleransi itu juga semestinya dipupuk baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.

Selain itu, Suhajar juga menekankan pentingnya melakukan olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olahraga. Dia mengatakan, olah rasa ini dapat dikembangkan melalui seni dan budaya, sehingga muncul empati dan rasa mengasihi.

“Jadi keempat olah ini hati, pikir, rasa, dan raga, itulah yang harus terus diolah untuk menjadi generasi yang berkarakter, karena sesungguhnya kehidupan kita di masa depan adalah melayani rakyat,” tandasnya.

 

Editor: Nurheni Gun Maharani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X