MoeslimChoice.com. Mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Program Studi Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar kegiatan Pelatihan Sastra Cipta Puisi untuk anak-anak SD dan SMP.
Pelatihan Sastra Cipta Puisi yang digelar di Taman Literasi Jaringan Anak Nusantara (Tali Jaranan) pada Minggu (21/5/2023) pagi itu, mengambil tema "Semangat Nasionalisme: Menumbuhkan dan Menguatkan Jiwa Nasionalis Muda".
Pelatihan Sastra Cipta Puisi bertujuan memberikan pengetahuan dan wawasan sekitar karya sastra puisi, melatih dan meningkatkan keterampilan anak dalam berkarya sastra puisi, dan menumbuhkan rasa Nasionalisme.
Baca Juga: Film 'The Kerala Story' Dianggap Lecehkan dan Hina Islam, Ini Penjelasan Sutradaranya
Ketua Tali Jaranan, Indah Prastiwi, menyambut positif pelaksanaan pelatihan cipta puisi ini. Menurutnya, hal itu penting bagi anak-anak generasi saat ini, untuk bisa lebih mengenal dunianya, bangsanya, masyarakatnya, dan orang-orang di sekelilingnya. Dan mampu menerjemahkan apa yang terjadi lewat puisinya.
"Oleh karena itu, adik-adik perlu mendengar apa yang disampaikan oleh kakak-kakak mahasiswa, bagaimana itu mencipta puisi. Dan bertanya jika memang ada yang perlu ditanyakan, ya," kata Indah Prastiwi, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Minggu (21/5/2023).
Direktur Eksekutif Jaranan, yang juga pembina Tali Jaranan, Nanang Djamaludin, mengatakan, 20 dan 21 Mei adalah dua hari yang berturut-turut wajib dikenang oleh setiap generasi bangsa.
"Terutama bagi generasi milenial, generasi Z, dan generasi alpha seperti kalian. Di kedua hari itu merupakan hari yang amat bersejarah bagi bangsa Indonesia," kata Nanang Djamaludin.
Menurut Nanang, 20 Mei 1908 telah ditetapkan oleh Presiden Sukarno sebagai Hari Kebangkitan Nasional, yang berawal dari didirikannya organisasi Budi Utomo, jauh sebelum Indonesia merdeka, sebagai pelopor organisasi berwatak kebangsaan atau Nasionalisme.
"Lalu 21 Mei 1998, kurang dari 53 tahun setelah bangsa Indonesia merdeka, kita peringati sebagai hari reformasi," ungkap Nanang.
Baca Juga: Bertemu Presiden Yoon Suk Yeol, Presiden Tekankan Sejumlah Kerja Sama Indonesia-Korea Selatan
Atau hari jatuhnya kekuasaan Orde Baru, lanjut Nanang, yang dipimpin Presiden Suharto bersama kroninya, yang dipandang masyarakat Indonesia saat itu terlalu korup, sewenang-wenang dan tidak memberikan ruang demokrasi bagi rakyat.
Artikel Terkait
Kemendikbudristek Resmi Luncurkan Sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru 2023
Pemkot Jaktim dan Baznas Bantu 1000 Mahasiswa dengan Total Bantuan 6 Miliar
Bertemu Grand Syeikh Al Azhar, Menag Harap Penambahan Kuota Beasiswa Mahasiswa Indonesia
Bupati Pandeglang Bantu Mahasiswa Lewat Program Beasiswa Pro Kampus
UIN Yogyakarta Jadi PTKIN Paling Diminati Calon Mahasiswa dengan 31.931 Pendaftar
MenPAN RB Kenalkan Reformasi Birokrasi Berdampak Kepada Mahasiswa Uncen Papua