Jelang Ramadan, Fenomena Jasa Doa di Pemakaman, Ikhlas dan Tak Minta Bayaran

- Sabtu, 18 Maret 2023 | 07:32 WIB
Fenomena Jasa doa di pemakaman jelang Ramadan
Fenomena Jasa doa di pemakaman jelang Ramadan

Meski secara terang-terangan siap membantu peziarah membantu memimpin pembacaan surah Yasin, tahlil, dan doa, tetapi Ustadz Laim tak pernah dengan sengaja menawarkan jasa kepada para pengunjung TPU Utan Kayu. Pekerjaan itu, dia lakukan murni berdasar permintaan peziarah.

Dia pun tidak pernah menghampiri rombongan peziarah yang tengah berdoa di atas kuburan untuk memakai jasanya. Sebab apabila hal itu dilakukan, bagi Ustadz Laim, sama saja dengan mengharap belas kasihan atau bahkan imbalan dari orang lain.

"Saya nggak gitu," tegas Ustadz Laim.

Setiap hari, sepanjang Sya'ban, Ustadz Laim sudah ada di TPU Utan Kayu pukul 07.00 WIB sampai menjelang waktu Maghrib. Dia sengaja bertugas di pemakaman hanya pada bulan Sya'ban, karena di bulan inilah peziarah akan sangat banyak, terutama saat-saat menjelang datangnya bulan Ramadan.

Baca Juga: BP BUMD DKI Jakarta Akui Tak Tahu Jika M Kuncoro Wibowo Terlibat Korupsi

Dari rumahnya yang di Pulogadung itu, Ustadz Laim mengayuh sepedanya menuju TPU Utan Kayu. Perjalanan ditempuh hanya dalam waktu kurang lebih 30 menit. Sejak pagi itu, dia mempersiapkan segala sesuatunya yakni serban, peci, baju koko, sarung, dan tentu saja doa-doa.

Ustadz Laim menegaskan, bahwa tak ada tipe atau kriteria khusus bagi peziarah yang datang ke TPU dan meminta jasa doa kepadanya. Tetapi, dia akan menerima siapa pun, baik orang kaya maupun miskin, semua akan dibantu.

Sepanjang hari di TPU, Ustadz Laim mendapat banyak uang tip. Pemberian itu beragam nominalnya. Paling besar, Ustadz Laim pernah menerima Rp 150 ribu dari peziarah.

"Yang ngasih ya nggak tentu. Kadang-kadang ada yang ngasih diamplopin, kadang-kadang enggak gitu. Ada yang ngasih Rp 10 ribu alhamdulillah. Ada yang ngasih Rp 20 ribu alhamdulillah. Saya sih pernah ngalamin paling gede Rp 150 ribu," katanya.

"Keseringannya yang ngasih Rp 20 ribu, langsung nggak diamplopin. Paling 20-30 ribu langsung, nggak pake amplop. Kadang-kadang diamplopin Rp 30 ribu," tambah Ustadz Laim.

Dalam satu hari, Ustadz Laim bisa melayani kurang lebih 10 rombongan peziarah dengan membawa pulang uang kurang lebih Rp 150 ribu setiap harinya. Tentu saja, penghasilan itu tak cukup untuk menghidupi anak istri di rumah. Tetapi pekerjaan sebagai tukang doa itu tetap dia lakoni dengan niat membantu orang dan mengharap keberkahan.

Baca Juga: Selama Ramadan, Pemerintah UEA Kurangi 2 Jam Kerja Karyawan dan Restoran Diizinkan Buka

"Tapi kan kalau menurut (kita) nggak cukup, tapi Allah (selalu) kasih cukup. Biar berkah. (Nomor) satu berkah. Itu keberkahan kita lah, keberkahan dan keikhlasan dan keridhaan kita nomor satu," katanya.

Selama Ustadz Laim bekerja sebagai tukang doa, dia mengaku tak pernah mendapati peziarah yang melakukan perbuatan kurang baik. Semua peziarah yang meminta bantuan doa, selalu ramah dan menerimanya dengan suka hati.

"Saya sih sampein, mudah-mudahan ibu yang pada sehat, panjang umur, dan nanti kita ketemu di bulan Ramadan depan," pesan Ustadz Laim, tiap kali selesai memimpin pembacaan doa.

Halaman:

Editor: Melati Tagore

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Intip 4 Manfaat Jalan Kaki Bagi Ibu Hamil

Selasa, 21 Maret 2023 | 21:55 WIB
X